CERITA KAMI
- Direktur DIKSI
Mari berkenalan !
Sebuah nama adalah do’a, pengulangannya dalam setiap panggilan adalah panjatan do’a yang mendekatkan kepada permintaan dikabulkan oleh Tuhan, Allah SWT. Itu adalah cerita dari nenek yang ditanamkan kepadaku dan dikuatkan oleh keluarga besar terutama keluarga dari Bapak. Orang tua menamaiku Yuyun Yuningsih, sebenarnya nama itu pemberian Nenek. Nama ini menyimpan sebuah do’a dan harapan. Nama yang lekat dan menggambarkan penamaan orang sunda dengan pengulangan suku kata Yun dinama belakangnya. Yuyun diambil dari sebuah kata dalam Bahasa sunda ”pikayungyunenun” yang mengandung arti “menyenangkan karena kebaikannya” sementara Yuningsih diambil dari dua suku kata “mikayaah jeung mika asih” yang artinya “banyak yang menyayangi dan mengasihi”.
Yuyun nama yang banyak muncul di era 70-80an. Bagiku kini nama itu bukan sebatas do’a. Didalam kata Yuyun Yuningsih telah dipahat satu asa keluarga sebagai tunas harapan yang akan mengubah suatu keadaan. Nama itu disematkan pada bayi perempuan yang baru dilahirkan dalam kondisi sehat.
Didesaku nama Bidan Nani sudah tak asing didengar, hampir semua tetanggaku membicarakannya, terlebih dikalangan perempuan-perempuan yang hendak bersalin. Banyak yang membicarakan Bidan Nani, meskipun dikenal berkarakter galak namun hal itu lenyap dikala seorang ibu bisa menyusui anaknya dengan selamat.
Kakakku yang pertama lahir dengan pertolongan Bidan Nani, akupun oleh Bidan Nani. Entah ini sebuah pertanda atau sebatas fenomena dikala lahir kakiku mendahuli kepala alias sungsang. Rumah sakit saat itu hanyalah Rumah sakit Rancabadak yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). RSHS satu-satunya rumah sakit rujukan terdekat dengan jarak 13 km dari tempat praktek Ibu Bidan Nani.
Cerita Ibuku disaat-saat ia penuh kesakitan, kulitnya semakin memucat, ditemani Nenek yang wajahnya tak kalah pucat, nampak ekspresi yang lebih cemas dan tegang. Mata nenek berkaca-kaca, satu lengannya menutupkan ujung kerudungnya ke hidung dan mulutnya, sementara tangan satunya erat menggengam tangan ibu, menyirat dukungan penuhnya pada perjuangan ibuku dan lirihan kata”bertahanlah menantuku”.
Meminta ibu bertahan dan siap pada aba-abanya, sekilat lengan bidan Nani menerobos menggapai bayi. Lengannya memanuver posisi bayi, bergerak ekstrim di dalam rahim. Menggerakan posisi bayi penuh perhitungan agar plasenta tidak ikut melilit bayi. Menargetkan posisi kepala bayi tepat dimulut rahim.
Bidan Nani bukan hanya memiliki keterampilan namun keberanian luar biasa pada kasus kelahiranku. Mendapati kondisi persalinan sungsang, ia tidak mudah menyerah dengan merujuk pasien ke rumah sakit. Ia mengambil kesempatan diwaktu yang tepat dengan optimism dan penuh perhitungan. Mempertimbangkan waktu yang diperlukan jika harus dirujuk, lokasi tempat rujukan, kondisi pasien sampai memutuskan segera tindakan darurat apa yang harus dilakukan.
Pemilihan keputusan serupa laksana prosesnya, melalui perhitungan berbagai kemungkinan seperti adanya komplikasi lilitan tali ari, kedalaman gapaian lengan, cara memegang bayi, arah putaran yang ia pilih. Bukan hanya keberanian dan pengalaman, hal itu menyiratkan ketepatan dan kecermatan yang menyatu padu pada tindakan darurat medisnya. Upaya Bidan Nanipun terbayar, aku melihat dunia pertama kali diawal dorongan ibu pada proses persalinan normal. Lengan yang menyentuhku pertama kalinya, lengan seorang bidan dengan prestasi, dengan minimal pasien rujukan, bahkan hampir tidak ada. Ia dikenal sebagai “pejuang kelahiran normal”.
Yuyun Yuningsih lahir atas pertemuan ovum dan sperma spesifik didalam rahim ibu. Satu sperma spesifik terpilih atas perjuangan sengitnya, atas kerja keras melesatkan dirinya melalui halang rintang, menempuh lama perjalan 45 menit hingga 12 jam di dalam rahim. Menempuh jarak 18 cm untuk sampai bertemu ovum dan kecepatan bergerak 20mm/menit. Jika aku bayangkan seolah menempuh jarak minimal 900 km pada kecepatan maksimal 20km/jam. Sperma pemenang telah mengalahkan 249.999 pesaing lainnya.
Terpilih sebagai pemenang di alam rahim, disiapkan nama dengan pahatan asa pemenang, dilahirkan dengan sentuhan lengan pemenang. Bayi ini telah mengalami tiga fase perjuangan untuk sampai dihari pertamanya di dunia. Bukan hanya sebuah kebetulan, tapi scenario yang telah terdesain dan dipersiapkan. Begitulah sejatinya hakekat setiap kelahiran hidup, ia datang dengan desain awal sebagai “pemenang” disertai bakat “pejuang” tanpa melihat warna, rupa, kondisi dan bentuknya.